Hai, akhirnya nulis juga tentang ini. Walaupun yang mau aku tulis tentang proses atau bagaimana operasi laparoskopi ku itu sudah dua minggu berlalu.

Yup, biar lebih lengkap, baca dulu ya tulisanku sebelumnya :
Akhirnya Harus Laparoskopi Juga

Sebelum operasi foto dulu, sengaja pakai jilbab instan biar simpel

Selasa, 2 Oktober 2018

Alhamdulillah aku melakukan operasi laparoskopi nya di RSIA Kendangsari. Semua proses administrasi berjalan cepat dan professional menurutku. Di awal kita harus isi form banyak banget. Di meja administrasi pendaftaran, pun di meja administrasi kamar bersalin, tempat dilakukannya operasi (karena aku gak nginep ya). Namun walaupun ngisi banyak, para petugas selalu menjelaskan isi form dan prosedur yang harus dilakukan. Jadinya aku merasa hak pasien diperhatikan, gak dianggep orang yang manut dan nggak ngerti apa – apa gitu deh. Love sih.

Di ruang bersalin (karena gak pake nginap), aku diambil darah untuk pemeriksaan darah (darah lengkap HB dll, HIV, Hepatitis, pembekuan darah, dll). Seperti biasa aku heboh memberikan petuah ke perawat nya “Mbak jangan sakit ya, Mbak nanti tolong saya dislimur.” Dan alhamdulillah, gak sakit, huhuhu senang sekali. Aq selalu percaya sakit-enggak nya sebuah suntikan juga bergantung dari keahlian sang penyuntik.

Setelah itu boleh makan (tapi harus buruan karena aku juga harus puasa sebelum operasi) dan beristirahat. Operasi dijadwalkan pukul 16.30. Eh ternyata baru selesai sholat dhuhur aku sudah dipanggil untuk persiapan operasi. Waaaw, maju euy jadwalnya. Baiklah, gakpapa biar cepet kelar.

Aq kembali menuju ke ruang bersalin. Dipasang infus dan baju operasi. Oiya, bagi kalian yang mau operasi, sebelum operasi jangan lupa cukur rambut bawah. Aq sih untung dah kugundul paginya, jadi pas dicek dah gak perlu dicukurkan ulang sama perawat. Walaupun operasi tidak lewat bawah, tapi ternyata rambut bisa jadi sarang bakteri, jadi prosedurnya tetep barus dibersihkan.

Pertama kalinya dipasang infus

Setalah itu aku di atas kasur didorong ke ruang operasi yang-super-dingin-banget-sampe-badanku-bergetar. Sambil mempersiapkan peralatan, para perawat mengajak ngobrol. Saat itu di ruang operasi sebelah ada operasi caesar. Sebelum pintu ruang operasiku ditutup, sempat terdengar suara bayi baru lahir kenceeeeng abis, nyaring. Jadinya ngobrolin itu deh, sambil para perawat mendoakanku semoga segera punya baby, aamiin.

Tak lama datanglah dokter anastesi, sekali lagi aku dijelaskan step dan tentang pembiusan. Kemudian disuntikkan obat bius melalui infus (seneng banget soalnya gak perlu ditusuk lagi). Kemudian diajak ngobrol, baru jawab satu kata, eh lampu operasi semakin buram, kabur, dan terbiuslah aku total, kagak tau dah aku diapain, pasraaah.

After operation, dipasang oksigen dan alat untuk cek tensi berkala. Alhamdulillah biasanya aku tensi rendah, pas operasi kok ya stabil normal 100.

Begitu sadar, ternyata aku sudah di ruangan pemulihan. Agak pening dikit, dan di perutku berasa agak ganjel. Sakit dikit, rupanya ada 3 luka diperban. Mungkin karena efek dinginnya ruang operasi, aku berasa butuh kehangatan gitu, ciyee.. Jadi kugenggam terus tangan Erik. Gak berapa lama Aq dah main hp belajar duduk dan minta pulang. Para perawatnya sampai heran, katanya orang lain biasanya maaih cuma bisa tiduran. Alhamdulillah lagi ya Allah, pas dioperasi aku saat kondisi tersehat, sehingga pemulihan pun terasa cepat.

Udah bisa mesam-mesem sambil pegangin tangan Erik

Sebelum pulang, kami dipesani bahwa tidak ada pantangan makan. Kemudian diberitahu beberapa hari akan ada darah keluar seperti menstruasi itu karena pengaruh operasi. Diberi obat antibiotic dan penahan nyeri selama seminggu, sampai waktunya kontrol. Selain lembaran administrasi, aku juga dibawain oleh-oleh berupa CD video jalannya operasi. Unyuk ya, enak pasien jaman sekarang, sudah gak ada lagi yang disembunyikan, semuanya dikasihtahukan ke pasien, baik sebelum maupun dokumentasinya.

===

Oiya, aku juga dijelasin secara singkat oleh perawatnya, bahwa alhamdulillah operasi berjalan lancar. Dan yang terpenting adalah sudah ketahuan penyebabnya, biang kerok dari infertility ku. Ternyata aku kena endometriosis.

Perawat bilang bahwa begitu masuk dit perut, tergenang darah, dan ada lapisan2 lengket. Semua sudah dihisap dan dibersihkan. Untuk lebih lengkap kami diminta lihat videonya.

Setelah operasi, walaupun tabungan kempes karena harus rogoh kocek +- 24juta (karena dari rencana awal laparoskopi diagnostic berubah menjadi laparoskopi tindakan, mengenyahkan endometriosis sehingga lebih mahal). Kami sungguh sangat bersyukur, akhirnya ditunjukkan jalan dan jawaban atas usaha kami. Mungkin jalan masih panjang, tapi setidaknya kita sudah tahu faktor “why” nya.

Nah, tentang endometriosis aku akan jelasin di postingan selanjutnya yaa.. Sampai jumpa 😘

UPDATE:

Baca tulisan lanjutan ku : Apa Itu Endometriosis